Berikut ini buat renungan kita, ini berbicara tentang salah dan benar, dimana kita sering sekali memiliki persepsi demikian, salam malam jum'at semoga bisa memberikan kita manfaat.
Beberapa waktu yang lalu, di Grup SMP, gue mendapatkan whats app seperti ini :
"RenuNgan Malam Jumat" S.eorang guru menuliskan ini di papan tulis :
5 x 1 = 7
5 x 2 = 10
5 x 3 = 15
5 x 4 = 20
5 x 5 = 25
5 x 6 = 30
5 x 7 = 35
5 x 8 = 40
5 x 9 = 45
5 x 10 = 50
Setelah selesai menulis dia balik melihat murid-muridnya yang mulai tertawa menyadari ada sesuatu yang salah.
Pak gurupun bertanya :
"Mengapa kalian tertawa?"
Serentak mereka semua menjawab :
"Yang nomor satu salaaaahhh Paaakk!" (tertawa bareng).
Sejenak pak guru menatap muridnya, tersenyum menjelaskan :
"Saya memang sengaja menulis seperti itu agar kalian bisa belajar sesuatu dari ini.
Saya ingin kalian tahu bagaimana dunia ini memperlakukan kita.
Kaliankan sudah melihat bahwa saya juga menuliskan hal yang benar sebanyak 9 kali, tapi tak ada satupun kalian yang memberi selamat.
Kalian malah lebih cenderung menertawakan saya hanya untuk satu kesalahan.
Hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal-hal yang baik bahkan yang kita lakukan ribuan sekalipun.
Hidup ini justru akan selalu mengkritisi kesalahan kita, bahkan sekecil apapun yang kita perbuat.
Ketahuilah anak-anakku :
"Orang lebih dikenal dari satu kesalahan yang ia perbuat, dibandingkan dengan seribu kebaikan yang ia lakukan."
Semoga dari kesalahan kita bisa memperbaiki diri lebih baik lagi"
Atau memang ini sudah menjadi viral, gue sih jujurnya baru baca pada saat pesan ini sampai di Whats app gue. Dimana ini memang sebuah fenomena yang terjadi dibumi tercinta kita ini. Semakin mudah kita menyampaikan pesan itu artinya semakin mudah juga kita menerima pesan.
Kalau dijaman dahulu kala, pesan yang dikirim dari jarak jauh harus delay alias tidak bisa langsung sampai kepada penerima, pada saat sekarang ini dengan perkembangan yang lebih maju, lewat sosial media, maka kita bisa menyampaikan pesan secra berantai melalui account yang kita punya.
Nah, kemudahan ini bukan berarti bisa berbanding lurus dengan hasil yang selalu baik. Karena akhirnya orang akan memiliki kepentingannya sendiri untuk melakukan segala sesuatunya di sosial media mereka.
Kita dengan mudahnya mendapatkan sebuah informasi tentang keburukan si A secara berantai dari beberapa kawan kita di sosial media. Pada saat itu seakan-akan akal sehat kita mati, dimana kita langsung ikutan terpacu emosi oleh sebuah informasi yang terkadang fatalnya tidak kita kroscek kembali kebenarannya.
Barulah ketika kita sudah melihat infromasi tersebut, kita sebarkan secara membabi buta, bahkan terkadang gue masih suka melihat ada penambahan-penambahan baru yang disebarkan sehingga bobot keburukan si A menjadi lebih dari penyampai pesan yang pertama.
Kita sudah tidak memiliki sebuah akal yang sehat, dimana kita seakan-akan tidak mau tahu terhadap kebaikan si A yang jauh lebih banyak dibandingkan keburukan yang saat itu dia terima lewat informasi sosial media yang kita terima.
Tidak mau dianggap tidak update, pokoknya kalau orang menyebarkan keburukan si A, dia harus ikut menyebarkan, terlepas dari benar atau tidaknya informasi yang dia terima tersebut. Pernah ngalamin ? pernah melihat atau menyaksikan yang kayak gini gak ?
Coba perhatikan lebih seksama, terlepas dari media mainstream yang sudah disusupi oleh sebuah kepentingan, kini banyak tumbuh media-media online baru yang aneh-aneh namanya. Dan entah, itu memang media yang dibuat untuk satu kepentingan saja, atau memang media yang dibuat untuk menyebarkan informasi yang berimbang.
Perhatikan lagi lebih seksama, berapa banyak media yang akhirnya menjadi sumber yang bisa dipercaya karena memang kawan kita menjadikan media tersebut menjadi refrensi informasi yang valid.
Gue perhatikan pada saat kemarin contohnya, saat ada isu Rokok akan dinaikkan oleh Pemerintah menjadi 50 Ribu perbungkus, maka media yang aneh-aneh sudah banyak yang menuliskan terlebih dahulu bahkan berusaha meyakinkan para pembacanya seolah-olah itu sudah mengalami kenaikkan. Dan itu gue lihat banyak banget loh, bukan hanya satu media, seperti ada yang menggerakkan.
Mereka mengincar Klik Byte, dimana viewer, pembaca, pengunjung yang banyak mereka jadikan target yang akhirnya untuk berjualan. Mereka menjual sebuah informasi yang belum ketahuan benar atau tidaknya untuk mengincar para pengunjung agar pengunjung website mereka bertambah banyak, dan akhirnya mereka jual untuk kebutuhan komersial, bisa Adsense, Iklan, dan lain sebagainya.
Nah intinya dari tulisan ini gue cuma mau mengajak para kawan-kawan gue untuk berusaha lebih tenang dalam menyikapi perihal menerima informasi yang memang disampaikan secara masif oleh para netter.
Kalau buat gue pribadi sih, walaupun dibicarakan secara bersama-sama, walaupun semua kawan dekat gue membicarakan hal tersebut, maka tidak serta merta gue langsung percaya begitu saja dengan informasi tersebut. Dalami, lihat, verifikasi baru kesimpulannya bagaimana. Kalau memang informasi tersebut benar, gue juga tidak serta merta langsung mengirimkan secara berantai lagi kepada orang lain atau kawan-kawan gue yang lainnya.
Karena gue anggap itu bukan masalah gue, sekalipun itu masalah gue, gak bakal juga gue gembar-gemborkan kepada khalayak ramai walau dengan dalih untuk pelajaran orang lain untuk tidak mengalami kejadian yang seperti kita.
Kalau dijaman dahulu kala, pesan yang dikirim dari jarak jauh harus delay alias tidak bisa langsung sampai kepada penerima, pada saat sekarang ini dengan perkembangan yang lebih maju, lewat sosial media, maka kita bisa menyampaikan pesan secra berantai melalui account yang kita punya.
Nah, kemudahan ini bukan berarti bisa berbanding lurus dengan hasil yang selalu baik. Karena akhirnya orang akan memiliki kepentingannya sendiri untuk melakukan segala sesuatunya di sosial media mereka.
Kita dengan mudahnya mendapatkan sebuah informasi tentang keburukan si A secara berantai dari beberapa kawan kita di sosial media. Pada saat itu seakan-akan akal sehat kita mati, dimana kita langsung ikutan terpacu emosi oleh sebuah informasi yang terkadang fatalnya tidak kita kroscek kembali kebenarannya.
Barulah ketika kita sudah melihat infromasi tersebut, kita sebarkan secara membabi buta, bahkan terkadang gue masih suka melihat ada penambahan-penambahan baru yang disebarkan sehingga bobot keburukan si A menjadi lebih dari penyampai pesan yang pertama.
Kita sudah tidak memiliki sebuah akal yang sehat, dimana kita seakan-akan tidak mau tahu terhadap kebaikan si A yang jauh lebih banyak dibandingkan keburukan yang saat itu dia terima lewat informasi sosial media yang kita terima.
Tidak mau dianggap tidak update, pokoknya kalau orang menyebarkan keburukan si A, dia harus ikut menyebarkan, terlepas dari benar atau tidaknya informasi yang dia terima tersebut. Pernah ngalamin ? pernah melihat atau menyaksikan yang kayak gini gak ?
Coba perhatikan lebih seksama, terlepas dari media mainstream yang sudah disusupi oleh sebuah kepentingan, kini banyak tumbuh media-media online baru yang aneh-aneh namanya. Dan entah, itu memang media yang dibuat untuk satu kepentingan saja, atau memang media yang dibuat untuk menyebarkan informasi yang berimbang.
Perhatikan lagi lebih seksama, berapa banyak media yang akhirnya menjadi sumber yang bisa dipercaya karena memang kawan kita menjadikan media tersebut menjadi refrensi informasi yang valid.
Gue perhatikan pada saat kemarin contohnya, saat ada isu Rokok akan dinaikkan oleh Pemerintah menjadi 50 Ribu perbungkus, maka media yang aneh-aneh sudah banyak yang menuliskan terlebih dahulu bahkan berusaha meyakinkan para pembacanya seolah-olah itu sudah mengalami kenaikkan. Dan itu gue lihat banyak banget loh, bukan hanya satu media, seperti ada yang menggerakkan.
Mereka mengincar Klik Byte, dimana viewer, pembaca, pengunjung yang banyak mereka jadikan target yang akhirnya untuk berjualan. Mereka menjual sebuah informasi yang belum ketahuan benar atau tidaknya untuk mengincar para pengunjung agar pengunjung website mereka bertambah banyak, dan akhirnya mereka jual untuk kebutuhan komersial, bisa Adsense, Iklan, dan lain sebagainya.
Nah intinya dari tulisan ini gue cuma mau mengajak para kawan-kawan gue untuk berusaha lebih tenang dalam menyikapi perihal menerima informasi yang memang disampaikan secara masif oleh para netter.
Kalau buat gue pribadi sih, walaupun dibicarakan secara bersama-sama, walaupun semua kawan dekat gue membicarakan hal tersebut, maka tidak serta merta gue langsung percaya begitu saja dengan informasi tersebut. Dalami, lihat, verifikasi baru kesimpulannya bagaimana. Kalau memang informasi tersebut benar, gue juga tidak serta merta langsung mengirimkan secara berantai lagi kepada orang lain atau kawan-kawan gue yang lainnya.
Karena gue anggap itu bukan masalah gue, sekalipun itu masalah gue, gak bakal juga gue gembar-gemborkan kepada khalayak ramai walau dengan dalih untuk pelajaran orang lain untuk tidak mengalami kejadian yang seperti kita.
Setiap orang punya khilaf, lupa dan kekurangan lainnya. Kalau memang itu sifatnya khilaf, menurut gue tindakan itu memang seharusnya tidak berulang. Akan tetapi kalau kejadian tersebut berulang bahkan sampai informasi yang buruk tentang dia disebarkan tapi dianya malah makin jadi, itu baru gue edarkan juga akhirnya kepada yang lainnya.
Berusaha untuk selalu berfikir jernih terlebih dahulu jika ingin melihat kesalahan orang lain. Karena kalau menurut gue, gampangan menyalahkan orang lain dibandingkan sebaliknya. Jadi gue intinya gak mau gegabah dalam mengambil keputusan untuk memvonis tentang keburukan orang lain.
Mari kita selalu berfikiran yang postif untuk mencapai satu hal yang kreatif. Selamat bermalam jumat kawan-kawan.
Salam Kreatif,
Arie fabian
Comments
Post a Comment